Palembang, umpalembang.ac.id – Universitas Muhammadiyah Palembang menggelar kegiatan Bedah Buku “Dunia Barat dan Islam Cahaya di Cakrawala” Karya dr. Sudibyo Markus. Bertempat di Aula Kantor Pusat Administrasi Universitas Muhammadiyah Palembang, Senin (9/12/2019).
Bedah Buku tersebut menghadirkan Prof. Dr. Romli SA, M.Ag., Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan, Prof. Dr. Aflatun Muchtar, Ketua Majelis Ulama Indonesia Provinsi Sumatera Selatan, Dr. Nor Huda, M.Ag., M.A., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Raden Fatah Palembang, Dr. Purmansyah Ariadi, M.Hum., Dekan Fakultas Agama Islam Unversitas Muhammadiyah Palembang.
Turut hadir dalam bedah buku yang dimoderatori Wakil Rektor III Dr. Ir. Mukhtarudin Muchsiri, M.P., ini, Rektor Universitas Muhammadiyah Palembang Dr. Abid Djazuli, S.E., M.M., Ketua BPH Dr. H.M. Idris, S.E., M.Si., dosen, dan mahasiswa UMPalembang. Serta dibuka secara resmi oleh Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec., Wakil Ketua Majelis Dikti PP Muhammadiyah.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec., mengatakan bahwa, buku Dunia Barat dan Islam ini merupakan karya yang luar biasa dan sangat direkomendasikan untuk dibahas diberbagai PTM di Indonesia. Karena buku ini menekankan dialog antar umat beragama yang bisa berdampingan dengan sesama.
“Semoga buku ini menjadi stimulus bagi dosen di PTM, khususnya bagi dosen Universitas Muhammadiyah Palembang untuk membuat buku yang monumental” ungkapnya.
Sementara itu, dr. Sudibyo Markus yang juga Wakil Ketua Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional PP Muhammadiyah itu dalam pengantarnya mengatakan bahwa saat ini sudah ada empat tonggak bersejarah yang menandai perang agama tidak relevan lagi. Hal itu sebagaimana disampaikan melalui buku setebal 497 halaman ini.
Dia menyebut empat tonggak itu di antaranya Perang Salib, Konsili Vatikan II, Kalimatun Sawa dan Agenda for Humanity hasil World Humanitarian Summit di Instanbul, Turki, pada 2016.
Perang Salib pada tahun 1095-1297, lanjut dia, telah menggambarkan terjadinya pertempuran panjang yang sia-sia. Ahli sejarah juga menganggap perang melibatkan Katolik versus Islam itu sejatinya tidak mengemban misi penginjilan.
“Begitu Jerusalem dikuasai, ternyata warga setempat sekira 70 ribu apapun agamanya dan usianya tetap dibantai. Perang Salib juga membawa misi Kaisar Konstantinopel untuk kembali merebut Jerusalem yang mulai diganggu orang-orang Turki Seljuk,” katanya.
Kemudian Konsili Vatikan II (1962-1965), kata dia, sudah mengeluarkan pernyataan yang berisi Pembaharuan Sikap Gereja Katolik terhadap Islam dengan menghargai kebenaran dan keutamaan dalam Islam serta ajakan melupakan segala pertentangan masa lalu.
Terakhir, Sudibyo Markus mengatakan, adalah Agenda for Humanity pada 23-24 Mei 2016 di Turki mengeluarkan Keputusan World Humanitarian Summit. Forum yang masuk dalam agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa itu pertama kali mengagendakan perdamaian dan agenda kemanusiaan. Termasuk mengangkat tanggung jawab bersama umat beragama dalam menghadapi permasalahan kemanusiaan yang semakin komplek.
Editor: Rianza Putra