um-palembang.ac.id – Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Selatan (PWM Sumsel) dan jajaran Pimpinan dan Badan Pembina Harian Universitas Muhammadiyah Palembang mengikuti pengajian ramadan 1442 H/2021 M, yang diselenggarakan oleh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
Pengajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1442 H/2021 M mengusung tema: Tajdid Organisasi: Muhammadiyah di Era Perubahan dibuka secara resmi oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., Jumat (16/4/2021).
Dalam sambutanya, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si., mengatakan bahwa kondisi tidak normal yang berlangsung sangat lama ini, tanpa disadari kemudian menimbulkan persepsi yang terpaksa diterima bahwa keadaan negeri dan rakyat terjajah ini dianggapnya seolah-olah normal atau biasa-biasa saja. Dalam anggapan dan kondisi seperti itulah Muhammadiyah hadir dan bergerak; dalam konteks demikian itu pula Muhammadiyah dirancang dan disiapkan dengan segenap potensi dan keterbatasannya.
Dewasa ini di era perubahan yang lebih dinamis dan eksesif di berbagai bidang kehidupan sebagai akibat dari kemajuan sains dan teknologi –khususnya di bidang teknologi informasi– Muhammadiyah sudah harus dirancang dan disiapkan untuk merespons konteks dan zamannya, baik dalam kondisi normal maupun tidak normal seperti ketika terjadi darurat bencana alam, wabah, pandemi, dan sebagainya. Dalam konteks seperti itulah, dengan berbagai problem internal di Persyarikatan dan dinamika eksternal yang sering melaju lebih cepat, maka Tajdid Organisasi menjadi kebutuhan yang mendesak. Tajdid Organisasi menjadi pintu untuk melakukan koreksi diri sendiri (‘amalan intiqad) sebagai salah salah satu upaya dari “Duabelas Langkah Muhammadiyah” yang dirumuskan oleh Allahuyarham K.H. Mas Mansur pada tahun 1938.
Karena dalam sejarah Muhammadiyah tampaknya baru sekali diselenggarakan pembicaraan yang serius tentang Tajdid Organisasi, yakni pada Muktamar Muhammadiyah ke-37 di Yogyakarta, 21–26 September 1968. Waktu itu Tajdid Organisasi stressing-nya pada aspek ideologi, atas dasar bahan prasaran Allahuyarham M. Djindar Tamimy. Bisa dikatakan sejak penghujung tahun ‘60-an itulah tajdid ideologi mengalami dinamika dan pengayaan hingga lahirlah berbagai rumusan ideologis seperti Matan Keyakinan dan Cita- cita Hidup Muhammadiyah (1970), PHIWM (2000), Konsep Dakwah Kultural (2003), Pernyataaan Muhammadiyah Jelang Satu Abad (2005), dan Pernyataan Muhammadiyah Abad Kedua (2010).
Tajdid Organisasi dewasa ini akasentuasinya berada pada aspek nilai, etika, dan budaya organisasi; model organisasi, manajemen, dan kepemimpinan; serta aktualisasi Islam berkemajuan. Dengan Tajdid Organisasi ini pula bisa diharapkan munculnya langkah- langkah strategis untuk bisa melakukan recovery pasca-pandemik Covid-19 sekaligus menghasilkan visi dan wawasan bermuhammadiyah abad kedua yang selaras zamannya dan kemudian laju ke depan.
Editor: Rianza Putra